Kamis, 19 Juni 2008

OOO … NANI!!!

“CINTA DATANG TAK DIUNDANG, PERGIPUN TAK DIANTAR”

Hari-hari terakhir tingkat 2 (madya praja) aku tak tau atau bisa dibilang tak mau tau dengan orang-orang di sekelilingku, jangankan itu … temen satu kontingen aja aku masih belum hapal nama-namanya, terutama yang cewek. Waktu itu emang aku lagi dongkol ama yang namanya cewek, lantaran mereka aku jadi sakit hati. Harusnya khan aku yang bikin sakit hati jenis manusia ini, eh … ni malah kebalik. Jadi dongkolku!

ADAKAH MENTARI ESOK PAGI AKAN TERBIT? SEPERTI HALNYA PERASAANKU PADA SEORANG GADIS? DAN KENAPA PULA TAK ADA KEMUNGKINAN YANG PASTI?

Ku tutup catatan perkuliahan Sistem Pemerintahan Indonesia dengan tulisan bagai lukisan Basuki Abdullah. Sesaat sebelum bubaran kelas, konsentrasiku bergerak ke luar ruangan … gadis manis berlesung pipi, amboi indah nian senyum itu. Adakah ia punya petugas security yang mendampinginya? Tidak … cabut and kejar!
Bergegas ku hampiri gadis itu.

BRUKKK! Pintu kelas Mataram ku tumbuk dengan keras, malu aku ama yang lain, kejar cewek aja macam ngejar maling. Lantaran pikiranku kacau akibat kesakitan, sampai lupa bahwa tujuanku adalah menghampiri gadis …,. Hilang sudah dari pandangan mataku, tak tau kemana perginya cewek tadi. Nama tak tau, katanya temen-temen sich dia anak satu pulau denganku.

Tak respek! Satu pulau aja gak kenal. Kenapa aku begitu cuek, hingga tak menyadari bila ada putri cantik lagi berkeliaran di sekelilingku.

O … Nani to namanya, baru ku tau setelah tanya sana sini. Cewek cantik yang lagi jomblo. Emang nasib lagi mujur, aku bisa ngelupain sakit hatiku dengan mengejar si Nani.

Setiap kesempatan, tak lepas tuk curi pandang menikmati manisnya wajah itu. Walau sesekali, ketahuan juga. Akalku tak pernah habis, ketangkap basahpun, susah payah aku berusaha sedapat mungkin memberikan kesan bahwa posisi mataku merupakan bagian dari proses berfikir, kening ku kerutkan, tak ubahnya patung Aristoteles lagi ngantuk.

Tak ada yang mengherankan, bila ku mencuri pandang. Dia begitu cantik, wajahnya yang cerah berhias hidung mancung. Rambutnya bergelombang macam ombak pantai selatan. Dan … bibir merahnya itu, amboi pasti lebih nikmat daripada gulungan lumpia basah yang dijual di kantin samping perpustakaan.

Sekali lagi tak mengheranan khan? Bila aku membayangkan bisa melumat lumpiah basah itu, eh salah dink … bibir si cantik itu. Pasti, itu hanya sekedar membayangkan, bagaimana bisa aku melakukannya, orang aku tak punya kemampuan memikat, klo diikat bener banget macam maling ayam yang ketangkep trus diancam hukuman 2 bulan penjara. Ach … gila bener khayalan tingkat tinggi ini.

Suatu hari … aku tak mau selamanya ingin memiliki, tapi aku ingin memiliki selamanya gadis itu. Tanpa basa basi ku tembak aja, dengan modal nekat abiz. Surat maut :

“OOO …Nani.
Pilihlah aku jadi pacarmu,
Yang lain belum tentu setia,
Jadi pilihlah aku!
Bila kau tak suka padaku … paling tidak, beri kesempatan.
Karena … aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku walau kau tak cinta.”

Eh ternyata gayung bersambut, tapi ya gitu seribu satu macam persyaratan menyertainya. Pokoknya, aku tak ambil pusing, kesempatan belum tentu datang untuk kedua kali. Maju terus pantang mundur.

Setelah itu, aku jadi sering jalan bareng, ke kantin sama-sama, tapi tak punya kesempatan tuk sentuh kulitnya sekalipun. Tak apalah, yang penting statusku sekarang adalah kekasihnya, dan orang bisa bilang bahwa aku adalah pacarnya.

Bagaimana aku bisa minta lebih, atau macam-macam, dia itu sabuk merah judo. Bisa-bisa tendangan tanpa bayangan menghiasi mukaku yang pas-pasan ini. Paling tidak, aku dah senang punya pacar macam dia, gengsiku tambah naik harganya.

Hari berlalu, tak ada 2 bulan. Kondisi yang aku bayangkan, bahagia yang ku harap tak jua datang.

Bagaimana aku bisa senang, kalau ngeliat Nani jalan mesra dengan lelaki lain. Sahabatku, teman satu barakku … merebut kasih sayangnya.

Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan. Maksud hati ingin dicinta, eh malah aku dijadiin batu pijakan Si Nani tuk deket ama sobat dekatku. PLAY GIRL!!!!!!!!!!!


Sobatku … sobatku ….

Inilah mungkin yang pujangga bilang : “Tanaman makan pagar!” Dunia kebalik.

“CINTA DATANG TAK DIUNDANG, PERGIPUN TAK DIANTAR”

Patah, remuk, hancur lebur hati ini. (eh ko’ malah jadi melankolis gini aku?)

Ku kirim surat untuk Nani:
“Aku tak bisa luluhkan hatimu …. Dan aku tak bisa menyentuh cintamu.
OOO … Nani, tapi kenapa ….
Sungguh kau tak pandai menimbang rasa

Karena janjimu diriku tersiksa
Sungguh kau tak pikir, betapa ku menderita.”

Di meja belajarku, setelah berkirim surat. Hanya diary tempat mencurahkan emosiku.

“Diary … biarlah aku dicap melankolis. Aku pikir kejadian yang menyakitkan hati ini merupakan hal yang wajar. Mungkin suatu keharusan pastinya, sebelum bertambah besar rasaku padanya. Layaknya kuncup gugur sebelum berkembang, bekasnya kan dapat suburkan kuncup berikutnya untuk merekah indah di hatiku. Kayaknya bukan waktunya aku nikmati cinta …
Cinta …???????”

Baru ku sadari, terhenti tulisanku pada kata cinta yang disertai tanda tanya. Aku merasa belum pernah mengatakan cinta secara lisan pada orang-orang yang pernah ku cintai. Namun, tak perlu disesali, biar waktu yang ajari aku di kesempatan lain dengan tambatan hati lain yang bener-bener dapat mencintai aku apa adanya. Ya … aku percaya ada cewek yang lebih baik, yang akan menggantikannya, bila kesempatan itu tiba … tak boleh aku lupa tuk katakan cinta secara lisan, walau itu sekali saja.


Baca Juga yang berikut :



Template by : kendhin x-template.blogspot.com