:y :L
Saat persiapan upacara di alu-alun kota, mataku tertuju pada hamparan cewek-cewek cantik yang statusnya masih kuliah di AKPER. Tak selang lama dari itu ... aku ditanya oleh seorang rekanku; “Apakah kau nggak malu mengagumi seorang cewek yang mungkin sebagian besar mereka tak ada yang jomblo?” Aku tersenyum dan meresponnya dengan 2 alternatif jawaban.
Jawaban idealis : “Tidak sepatutnya memang kita itu mencintai dan memiliki semua wanita, tapi apakah salah bila kita mengagumi seorang perempuan yang dicipta hampir memenuhi kesempurnaan walau dalam bentuk fisik".
Jawaban non idealis : “Selama janur kuning belum melengkung berarti aku masih punya kesempatan untuk bersanding dengannya, meski probabilitasnya ibarat biji pasir dengan deretan pegunungan sirkum pasifik".
Nah emang tak bisa dipungkiri, selama ada rasa kagum di situ pula pasti ada pengharapan. Tergantung manusianya untuk mengetahui penempatan posisi yang diterima sesuai probabilitas sikon dan tolerasinya. Sebagai contoh kita musti tau seberapa besar kesempatan untuk memilikinya, atau hanya seberapa besar kesempatan kita untuk Cuma memandang dia dari jauh tanpa dapat memilikinya.
Jawaban idealis : “Tidak sepatutnya memang kita itu mencintai dan memiliki semua wanita, tapi apakah salah bila kita mengagumi seorang perempuan yang dicipta hampir memenuhi kesempurnaan walau dalam bentuk fisik".
Jawaban non idealis : “Selama janur kuning belum melengkung berarti aku masih punya kesempatan untuk bersanding dengannya, meski probabilitasnya ibarat biji pasir dengan deretan pegunungan sirkum pasifik".
Nah emang tak bisa dipungkiri, selama ada rasa kagum di situ pula pasti ada pengharapan. Tergantung manusianya untuk mengetahui penempatan posisi yang diterima sesuai probabilitas sikon dan tolerasinya. Sebagai contoh kita musti tau seberapa besar kesempatan untuk memilikinya, atau hanya seberapa besar kesempatan kita untuk Cuma memandang dia dari jauh tanpa dapat memilikinya.
|